Kawan, kita ini adalah hamba Allah yang tercipta dengan sebaik-baik
bentuk. Sebaik-baik takdir yang Allah tetapkan dalam kitab Lauh
Mahfuzh. Bilamana kini kita dalam kondisi tak mengenakkan – menurut
kita – dan kita telah jatuh bangun dalam usaha memperbaikinya kemudian
belum ada tanda-tanda Allah untuk memberikan setitik bantuanNya.
Apakah kemudian kita akan menggugat Allah?
Mungkin kita akan teringat akan firman Allah yang akan mengubah nasib suatu kaum jika kaum tersebut berusaha untuk mengubahnya terlebih dahulu.
Belajar berprasangka
baik kepada Allah. Ayat tersebut adalah motivasi untuk kita terus
berusaha memperbaiki keadaan dalam diri dan lingkungan. Berusaha menuju
arah yang lebih baik. Karena Allah adalah sebaik-baik pemberi janji dan
tak pernah ingkar janji. Jika keadaan kita belum berubah, mungkin
memang takdir Allah untuk memberikan kita jalan seperti itu. Jalani
saja, karena bisa jadi takdir itu adalah rencana Allah untuk membuka
takdir-takdir berikutnya dari arah yang tak pernah kita sangka. Takdir
yang membawa kita pada cahaya kebenaran. Yang terpenting, jika jasad
kita terlumuri dosa maka jangan sampai hati kita tertutupi hijab yang
tebal dengan Allah. Sungguh, Allah hanya menilai isi hati
hamba-hambaNya.
Seorang penjahat kelas kakap yang hatinya masih terus mengingat Allah sedang raganya mengharuskannya untuk berbuat sesuatu yang hatinya tak ingini, bisa lebih mulia di hadapan Allah. Ia memiliki hati yang tak tertutupi hijab antara dirinya dan Allah, dan cahaya keimanan akan mudah merasuki hatinya. Kemudian ia masih berbuat kejahatan, apakah bisa kita menilainya termasuk golongan penghuni neraka? Hanya Allah yang bisa menilai setiap perbuatan hambaNya. Kadang Allah menjadikan kemaksiatan sebagai caraNya untuk lebih mendekatkan Dia dan hambaNya. Tinggal hamba itu menunggu suatu episode hidup berikutnya.
Tapi jangan sampai kita mencoba untuk mencicipi kemaksiatan guna mendekatkan diri kepada Allah. Karena yang berkata itu adalah hawa nafsu dan bukan takdir. Hawa nafsu akan menjatuhkan kita pada jurang kebinasaan terdalam.
Jadikan segala cobaan yang sedang kita hadapi sebagai bekal untuk mendekatkan diri kepada Allah bukan yang lain. Apapun keadaan kita kini, terimalah. Robekkan tirai penghalang interaksi hati kita dan Allah. Dengan berjalannya waktu kita akan merasakan perubahan dalam diri. Meskipun dalam keadaan yang sama. Perubahan helaan nafas yang kian dekat dengan Allah. Lantunan istighfar yang senantiasa menjadi irama hati. Hal tersebut adalah semanis-manisnya iman. Karena Allah Maha Tahu yang terbaik untuk hambaNya.
Mungkin bukan dengan jalan kelapangan, bukan dengan jalan kemudahan, bukan dengan jalan kemewahan, Allah mendekati kita. Biarkan Allah berbuat sekehendakNya, Allah Maha berkuasa dan sebagai makhluk kita hanya bisa menuruti. Menjalankan takdir sebaik-baiknya. Karena kemudahan pun bisa jadi menjadi tabir antara kita dan Allah. Tapi keadaan apapun tak akan berpengaruh jika hanya Allah yang ada di dalam hati. Semuanya akan terasa indah dan mudah.
Kawan, mari kita selalu berusaha menikmati takdirNya. Berusaha mengecap kepahitan semanis madu. Berusaha menikmati manisnya madu secukupnya. Hingga kelak Allah memutar roda takdirnya, kita akan terbiasa.Kawan, mari kita berusaha untuk meramaikan kesunyian hati dengan dzikir mengingatNya. Berdzikir dalam keheningan dan keramaian.
Merasakan Allah hadir dalam helaan nafas. Kawan, kita ini adalah hamba terpilih. Terpilih untuk menikmati proses degradasi moral dan proses penyucian kembali jiwa yang lama melanglang. Itulah realita takdir. Allah Yang Maha Mensucikan jiwa hamba-hambaNya yang merangkak pada cahayaNya. Allah Yang Maha Menghinakan hamba-hambaNya yang menghalau cahayaNya dengan berbagai alasan.
Allahua’lam.
0 comments:
Posting Komentar