Kekuatan Dahsyat Akal

Menyinggung kekuatan dahsyat hati, yaitu yang merupakan salah satu sifat dari jiwa, maka tidak bisa tidak harus membahas pasangannya yaitu akal. Maka kita akan membahas sekilas kekuatan dahsyat dari akal. Dalam episode ini dan episode sebelumnya telah banyak dijelaskan tentang kemampuan akal yang luar biasa. Kedahsyatannya mampu menjangkau angkasa luar. Menembus bumi, menjangkau bulan, menyentuh matahari, planet-planet, galaksi. Rasanya hampir semua bagian telah mulai dijelajahi, ditandai, dikenali.

Akal telah melampaui segala bayangan bahkan sesuatu yang hanya berupa mimpi seratus tahun yang lalu, telah terjadi saat ini. Bahkan mimpipun tak terbayangkan, sungguh sebuah ledakan atas dahsyatnya akal ini, seperti mengguncang alam semesta.

Dunia terasa sempit, apa saja yang seolah dulu hanya sebagai kemampuan Tuhan dan malaikat, kini manusia mampu menirunya. Luar biasa. Kita mampu mengirimkan pesan lewat email, lewat sms, mengirimkan gambar, kita mampu terbang dengan pesawat. Wah tak akan mampu disebutkan satu persatu sekalipun ingin. Satu saja kita bawa ke masa seratus tahun yang lalu, akan menjadi sebuah mukjizat di jamannya. Kita bawa kamera, atau telpon atau komputer, mesin cuci atau apa saja yang kita anggap wajar saat ini, merupakan sebuah benda ajaib pada masa itu.

Begitu hebatnya daya akal ini telah mempengaruhi manusia, maka keseimbangan manusia sebagai makhluk Tuhan telah terganggu. Akal telah menguasai seluruh daya, akal telah menenggelamkan daya-daya yang lain, yaitu daya ruh atau daya Ilahi atau daya hati nurani. Bahkan akal telah bekerja sama dengan sempurna dengan daya "nafsu ragawi". Sehingga terjadi keadaan yang menimbun dan menenggelamkan daya ruh, ke posisi yang tak akan mampu bangkit, seolah mati. Hati telah mati, membeku, mengeras, membatu.

Akal manusia telah membangun ciptaan-ciptaan dalam angan-angan. Daya cipta yang luar biasa. telah menyaingi kekuasaan Sang Maha Pencipta. Akal telah menjadi Tuhan bagi manusia, mencipta apa saja, meliar, menabrak, melanggar apapun yang dilarang, sungguh sebuah angan-angan yang paling liar sekalipun, tanpa rambu-rambu lagi. Akal tak pernah kosong, tak pernah hening dari daya cipta-daya cipta rendah yang berasal dari nafsu syahwat, nafsu keserakahan, nafsu kekuasan atau nafsu-nafsu yang lainnya. Daya cipta yang berupa angan-angan begitu berjuta mengisi fikiran dan fantasi setiap detik tanpa henti.

Dari waktu ke waktu, dari detik ke detik, akal kita telah menjelajah ke seluruh bagian. Dari yang paling terang ke bagian paling gelap, dari paling baik ke paling jahat, dari penuh ketundukan, sampai ke penuh pengingkaran. Akal telah melambung, meliar, menjadi apa saja, mengangankan apa saja, menginginkan apa saja.

Akal telah membuat takdir sendiri, menjadikan diri sendiri tersesat dalam takdirnya. Akal telah melampaui batas-batas paling tabu, akal telah menciptakan banyak sekali khayalan-khayalan. Negeri-negeri khayal yang hanya ada di dunia khayal. Menikmati bagian dan sentuhan paling erotis, menjelajah tanpa batas dan tak terukur.

Namun sayangnya badan kita tetap berada di tempat yang sama. Masih tidak ada perubahan apapun. Pergerakan dan perpindahan daya cipta akal yang luar biasa dan begitu sering dan mudahnya bergerak dan berpindah, membuat raga kebingungan dalam menanggapi dan meresponnya. Maka raga telah merasakan derita yang sangat.

Sungguh, akal telah begitu menguasai diri manusia, akal telah menjadi Tuhan bagi sebagian atau bahkan sebagian besar manusia. Akal bersama hawa nafsu telah menjadi Tuhan bagi sebagian manusia.

Bagaimana menundukkan akal ini, menempatkan pada posisinya, posisi yang diinginkan oleh Allah, posisi terbaik bagi manusia.

Posisi ini perlu dilatih, yaitu mencapai posisi fitrahnya, dengan menghadapkan kepada Allah, menyerahkan daya akal kita kepada Allah.

Dalam bahasa sederhana, yaitu dengan:

"Mengheningkan cipta"

untuk apa?.

Yaitu agar mendapatkan daya cipta sejati, yaitu daya cipta yang mengikuti kehendak Allah, sesuai dengan apa yang Allah kehendaki. Yaitu Daya cipta untuk mencapai kebaikan dan kesempurnaan.

Dalam prakteknya harus ada keseimbangan antara kekuatan hati dan kekuatan akal. Kalau kita misalkan hati adalah wanita dan akal adalah pria, maka perlu sebuah wadah pernikahan yang seimbang. Berada pada batas-batas hak dan kewajiban masing-masing, sehingga mampu melahirkan anak-anak yang berasal dari Cahaya Illahi, yaitu akhlak yang mulia, atau budi pekerti yang luhur. Yaitu ketika perkawinan itu adalah karena sebuah tujuan untuk melahirkan atau menghasilkan daya yang berasal dari Nya, atau mengikuti kehendakNya.

Sehingga dalam diri kita akan selalu mendapatkan daya cipta sejati, yaitu daya cipta yang baik dan daya cipta yang sempurna sesuai dengan kehendakNya.

Blogged with the Flock Browser

0 comments:

Posting Komentar